Bahasa
Titer Rendah Setelah Vaksinasi, What’s Wrong?
Titer Vaksinasi
10 November 2021

Vaksinasi adalah cara penggertakan pembentukan antibodi terhadap penyakit tertentu sehingga diharapkan antibodi yang terbentuk dapat melindungi ayam dari penyakit yang ada di lapangan. Hasil vaksinasi dapat dievaluasi dengan mengukur titer antibodi. Cara yang umum dilakukan adalah uji titer antibodi dengan metode Hemaglutinasi Inhibisi (HI) atau dengan metode Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA). Titer antibodi hasil uji dapat menunjukkan protektivitas antibodi yang diinduksi oleh vaksinasi terhadap tantangan penyakit yang ada di lapangan. Oleh sebab itu, sangat wajar jika peternak mengharapkan titer antibodi yang terbentuk pasca vaksinasi memiliki titer yang tinggi dan protektif. Walaupun demikian terkadang titer antibodi yang dicapai setelah vaksinasi rendah atau tidak sesuai dengan harapan. Hal ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan, apa yang menyebabkan titer antibodi tersebut rendah setelah vaksinasi? Mengapa titer antibodi bisa rendah setelah vaksinasi? Bagaimana kita menyikapinya?

Vaksin tidak akan pernah lepas dari berbagai faktor teknis baik dalam proses distribusi, penyimpanan, aplikasi di lapangan, kondisi tantangan lapangan, maupun teknis dalam pengujian. Vaksin juga tidak akan pernah lepas dari kondisi ayam yang menerima vaksin. Mengapa demikian? Mekanisme kerja vaksin adalah bersifat pencegahan. Vaksin menggunakan komponen aktif berupa materi biologis (virus dan bakteri) yang sangat rentan terhadap suhu dan kondisi lingkungan. Setelah masuk dalam tubuh ayam, materi biologis tadi akan dianggap sebagai materi asing oleh tubuh ayam sehingga harus dinetralisisr oleh tubuh. Cara tubuh ayam untuk menetralisir adalah dengan vaksinasi. Kemampuan tubuh ayam untuk menghasilkan antibodi inilah yang seringkali berbeda-beda dalam memproduksi antibodi. Mengapa demikian? Sekali lagi karena ayam adalah makhluk hidup yang sangat dipengaruhi oleh kondisi genetik, lingkungan, dan pakan. Dari hal-hal tersebut, faktor-faktor yang dapat menyebabkan titer antibodi rendah setelah vaksinasi adalah:

  1. Teknis distribusi dan penyimpanan

Kembali lagi kita ingat bahwa vaksin memiliki komponen penting yaitu materi biologis yang dapat berupa virus atau bakteri. Vaksin, baik bentuk live atau kill, dibuat sedemikian rupa supaya memiliki potensi yang baik dan harus dijaga tetap pada suhu 2-8?C. Mengapa demikian? Pada vaksin live, suhu 2-8?C akan membantu materi biologis dari vaksin tetap hidup dan stabilizer yang terkandung dari vaksin dapat bekerja optimal. Suhu yang melebihi standar penyimpanan dapat menyebabkan virus mati dan ketidakstabilan stabilizer. Pada vaksin kill, suhu yang tinggi dapat mengganggu kestabilan ikatan emulsi sehingga akan mengurang potensi vaksin. Gangguan kestabilan emulsi ini juga dapat terjadi jika suhu berada dibawah standar penyimpanan karena bongkahan es dapat terbentuk dalam vaksin dan merusak ikatan emulsi. Oleh karena itu, vaksin sebaiknya tidak disimpan di pintu kulkas, di dalam freezer, atau persis di bawah freezer. Gangguan terhadap materi biologis, stabilizer, atau emulsi dalam vaksin dapat mengurangi potensi vaksin sehingga titer antibodi tidak maksimal.

  1. Teknis aplikasi di lapangan

Sekali lagi kita mengingat bahwa vaksin mengandung materi biologis yang rentan dengan kondisi lapangan. Untuk itu kita juga harus mengkondisikan vaksin tetap dalam kondisi optimal ketika diaplikasikan di lapangan. Untuk vaksin live yang berisi materi biologis hidup (virus atau bakteri), kondisi harus diupayakan mendukung virus tetap hidup sampai waktu aplikasi selesai. Perlu diingat bahwa vaksin live harus habis dalam waktu 4 jam setelah diencerkan. Selain itu, virus dan bakteri rentan terhadap sinar matahari dan desinfektan sehingga harus diupayakan peralatan kandang yang digunakan dalam aplikasi vaksin harus bebas dari desinfektan. Untuk vaksin kill, kita harus ingat bahwa vaksin ini berupa emulsi, dimana emulsi merupakan campuran dari minyak dan air yang tidak mudah menyatu sehingga dalam aplikasi, selain harus terhindar dari sinar matahari dan desinfeksi, vaksin ini juga tidak boleh tidak dikocok sebelum diaplikasikan ke ayam. Selain itu, perlu diingat bahwa vaksin live dan kill memiliki sifat yang berbeda dalam menginduksi antibodi. Vaksin live akan lebih cepat merangsang terbentuknya antibodi namun lebih cepat turun. Titer antibodi mulai terbentuk pada 1 minggu postvaksinasi. Pada 2 minggu setelah vaksinasi, vaksin ND sudah mulai mencapai titer protektif sementara IB 3 minggu postvaksinasi. Sementara itu, vaksin kill lebih lambat dalam memicu timbulnya antibodi namun lebih lmbat pula penurunan titernya. Titer antibodi ini akan mulai muncul pada 2 minggu postvaksinasi dan mencapai titer protektif pada 3 minggu postvaksin. Pengambilan sampel postvaksinasi tentunya harus memperhatikan hal ini supaya titer yang baik dapat tercapai sesuai waktu peningkatan antibodi.

  1. Kondisi tantangan lapangan

Kondisi tantangan lapangan berupa penyakit yang bersirkulasi di lapangan dapat berpengaruh terhadap titer antibodi yang dicapai. Beberapa kasus serangan penyakit seperti ND akan memicu peningkatan titer antibodi yang sangat tinggi (lebih dari 29 HIU) terutama pada awal infeksi. Walaupun demikian, pada kasus AI, titer antibodi yangdihasilkan cukup beragam. Pada beberapa kasus yang ditemui, titer antibodi bahkan menyebar dari rendah hingga tinggi dan bahkan muncul titer 0. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat virus AI yang mudah bermutasi. Kondisi titer yang seperti ini tentunya perlu kita cek dengan gejala klinis yang muncul di lapangan.

  1. Teknis pengujian

Teknis pengujian tidak bisa terlepas dari kondisi sampel. Sampel serum yang jernih akan memberikan hasil uji yang berbeda dengan sampel yang lisis sel darah merahnya. Sampel serum yang disimpan dalam kondisi baik pada suhu 2-8?C akan memberikan hasil yang lebih baik daripada serum yang terus menerus terpapar panas (terutama untuk IB). Hal ini perlu diperhatikan terutama jika laboratorium uji cukup jauh sehingga memerlukan pengiriman. Kondisi ayam

Ayam yang memiliki kondisi fisik baik, tidak terkena penyakit imunosupresif, tidak stress, dan mendapatkan pakan dengan kualitas baik akan lebih mudah untuk menghasilkan titer antibodi yang protektif. Hal ini penting karena kondisi tubuh ayam akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan ayam menghasilkan titer antibodi.

  1. Kondisi lingkungan di peternakan

Kondisi lingkungan di peternakan akan mendukung kondisi tubuh ayam. Jika kadar amonia tinggi kondisi peternakan becek, atau suhu kandang terlalu tinggi, ayam akan mudah stress. Hal ini akan menyebabkan ayam tidak mampu menghasilkan titer antibodi yang protektif secara merata.

Melihat berbagai faktor yang menyebabkan titer antibodi rendah tersebut, perlu menjadi perhatian bagi kita sebagai pelaku industri vaksin. Vaksin berkualitas membutuhkan kerja sama tidak hanya dari hulu tapi di pertengahan proses hingga hilir. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, diharapkan vaksin yang berkualitas dapat terus kita hasilkan dan menjadi kebanggan kita bersama.