Bahasa
Pentingnya Mencegah Hama & Hewan Liar Masuk Ke Peternakan
Hama & Hewan Liar
12 June 2020

Telah diketahui bersama bahwa salah satu penyebab utama penurunan produktivitas ataupun kegagalan dalam peternakan adalah kematian hewan ternak yang disebabkan infeksi agen penyakit (pathogen) dari lingkungan. Agen penyakit ini dapat berupa mikroorganisme seperti virus, bakteri, fungi/jamur, dan parasit baik yang ada di dalam tubuh (endoparasit) maupun di luar tubuh ternak (ektoparasit). Adapun yang lebih meresahkan peternak adalah agen penyakit ini dapat menyebar dan berpindah-pindah secara luas di lapangan. Penyebaran agen penyakit dapat melalui berbagai sumber diantaranya manusia, hama, burung dan unggas lain, serta hewan liar pengganggu lainnya.

Beberapa jenis hewan yang berpotensi sebagai vektor penyakit di peternakan adalah unggas/burung liar, tikus (rodensia), babi, insekta seperti lalat, caplak, tungau dan serangga lain. Menurut Rusny (2013) dalam thesis-nya menyebutkan bahwa burung liar merupakan reservoir bagi penyakit ND, IB, Psittacosis, influenza unggas dan Pasteurella spp. Kumbang merupakan reservoir sejumlah besar infeksi termasuk penyakit marek, gumboro, salmonellosis, pasteurellosis, dan koksidiosis. Rodentia dapat menyebarkan berbagai ragam penyakit termasuk pasteurellosis dan salmonellosis. Adapun lalat dapat menularkan berbagai bakteri penyebab penyakit pencernaan ayam dan virus cacar ayam (fowl pox).

Hewan-hewan reservoir tersebut merupakan hewan yang dekat dan sangat mudah dijumpai di sekitar peternakan baik di dalam ataupun di luar peternakan. Hewan-hewan reservoir itu merupakan habitat normal tempat suatu agen infeksi hidup, berkembang biak dan tumbuh di dalamnya. Oleh sebab itu jika terjadi kontak antara hewan ternak baik langsung ataupun tidak langsung dengan hewan-hewan ini maka besar kemungkinan akan terjadi penularan agen penyakit. Dengan demikian penting untuk mengusahakan sistem perlindungan hewan ternak dari hama dan hewan liar.             

Pengendalian penyakit dalam mengatasi hewan reservoir dapat dilakukan dengan menerapkan program biosekuriti yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas, dan sanitasi. Isolasi dilakukan dengan menjauhkan hewan ternak dari agen pembawa pathogen, pengendalian lalu lintas dapat dilakukan dengan screening orang, alat, dan hewan lain yang masuk ke peternakan, adapun sanitasi dilakukan dengan tindakan pembersihan dan desinfeksi kuman atau hama-hama serangga degan menggunakan insektisida. Sistem biosekuriti dikembangkan untuk fokus pada mempertahankan atau meningkatkan status kesehatan hewan dan mencegah masuknya penyakit baru pathogen. Penerapan biosekuriti yang benar dapat meningkatkan kesehatan ternak dan menjadikannya lebih produktif.

Biosekuriti merupakan garda terdepan dalam mengamankan ternak dari penyakit. Menurut Mappanganro (2018) dalam penelitiannya mengatakan bahwa tidak ada satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekuriti. Salah satu program pencegahan penyakit yang lain adalah vaksinasi. Program vaksinasi berperan untuk meningkatkan sistem imunitas hewan ternak setiap individunya sehingga dapat mengatasi agen penyakit yang berada di dalam tubuh hewan ternak. Adapun program biosekuriti berperan dalam mengendalikan penyebaran penyakit secara menyeluruh dengan menekan segala kemungkinan akses agen penyakit dari luar. Kedua program ini (biosekuriti dan vaksinasi) saling melengkapi dan mendukung peran pegendalian dan pencegahan penyakit pada hewan ternak. Kolaborasi kedua program ini sangat penting dalam mendukung keberhasilan budidaya peternakan.