
Berkembangnya industri peternakan unggas di Indonesia merupakan salah satu upaya memenuhi kebutuhan konsumsi hewani nasional. Salah satu tantangan dalam industri perunggasan adalah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh Infeksi patogen yang terjadi. Infeksi ini bisa disebabkan dari berbagai hal seperti kondisi lingkungan/ manajemen, pakan/ nutrisi, atau infeksi wabah penyakit (virus, bakteri, jamur). Semua faktor yang dapat menyebabkan infeksi penyakit sangat penting untuk diketahui cara penanganannya. Sifat patogen yang sangat menular dapat menimbulkan dampak kerugian ekonomi dikarenakan biaya penanganan yang mahal serta kerugian akibat gangguan pertumbuhan, penurunan produksi telur, penurunan bobot badan dan kematian. Penanganan yang cepat tanggap saat awal infeksi sangat penting untuk dilakukan guna mencegah penyebaran patogen dan meminimalisir kerugian ekonomi yang dapat ditimbulkan.
Infeksi patogen yang terjadi sering bersifat kompleks sehingga terkadang penanganannya butuh strategi khusus yang sesuai dengan kondisi pada saat itu. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan jika terjadi infeksi wabah penyakit pathogen adalah sebagai berikut :
-
Menghubungi tenaga teknis lapangan (dokter hewan atau tenaga lapangan yang terlatih) untuk mengecek dan mendiagnosa kasus yang terjadi
- Mendeteksi jenis wabah kasus yang menginfeksi agar bisa mengambil langkah cepat dalam penanganan dengan mengumpulkan seluruh informasi mengenai kejadian kasus penyakit, mulai dari anamnesa, pengamatan terhadap gejala klinis, dan pemeriksaan patologi anatomi.
- Melakukan anamnesa dengan mengumpulkan data dan recording pemeliharaan dan informasi teknis dari petugas kandang seperti :
- Identitas ayam (jenis, strain, umur, populasi)
- Sejarah munculnya kasus
- Persentase produksi, kualitas telur (apakah telur ada yang abnormal), berat telur
- Konsumsi pakan, keseragaman berat badan, dan FCR
- Tingkat mortalitas dan morbiditas
- Program vaksinasi dan aplikasinya
- Program pengobatan, pemberian antibiotik dan vitamin yang sudah dilakukan
- Pengamatan gejala klinis. Beberapa jenis penyakit memiliki gejala klinis yang menciri, namun banyak juga yang memiliki gejala klinis yang mirip. Sehingga dibutuhkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman untuk membantu proses diagnosa. Beberapa gejala klinis yang dapat diamati diantaranya:
- Penampilan fisik ayam dengan mengamati jengger kebiruan/pucat/keropeng, bulu kusam dan berdiri, kaki kemerahan, muka dan kepala bengkak, mata berair dan bengkak, perut membesar seperti pinguin, berat tidak tercapai, ayam lemas, ayam mengantuk dll.
- Gangguan pernapasan dengan mengamati suara ngorok, pilek/keluar leleran di hidung, bersin, dll
- Gangguan pencernaan dengan mengamati feses ayam, apakah terjadi diare, warna dan bentuk feses seperti encer, warna putih/merah/hijau, pengamatan cacing dalam feses dll.
- Gangguan saraf dengan mengamati kepala ayam yang tampak tortikolis, tremor dll
- Gangguan reproduksi dengan mengamati kualitas telur dan penurunan produksi telur
- Kondisi lingkungan dan manajemen kandang seperti ketersediaan air minum dan pakan, kualitas air minum dan pakan, penyebaran pakan, kondisi litter pada kandang postal, dll
- Nekropsi untuk melihat perubahan patologi anatomi yang menciri pada penyakit tertentu. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan pada organ, baik warna, ukuran, bentuk, peradangan pada organ dll. Organ yang dapat diamati perubahannya seperti:
- Otot dan kulit ayam
- Organ saraf seperti otak
- Organ pencernaan seperti mulut, esofagus, tembolok, proventrikulus, gizzard, usus, hati, dan pankreas
- Organ pernapasan seperti rongga hidung dan sinus, kantung udara, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru
- Organ reproduksi seperti ovarium dan oviduk
- Organ limphoid seperti bursa Fabricius, limpa, thymus, dan payerpathces
- Organ sirkulasi darah, misalnya jantung
- Organ urinaria, seperti ginjal
- Organ lainnya seperti rongga perut dan lemak perut
- Uji Laboratorium dilakukan untuk memastikan jenis wabah penyakit yang menginfeksi yang mendukung diagnosa. Serta juga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pencegahan infeksi penyakit ke depannya. Uji laboratorium yang dapat dilakukan yaitu :
- Uji serologi dengan HI dan Elisa Test untuk mengetahui gambaran titer antibodi di dalam tubuh ayam sehingga dapat diketahui apakah titer antibodi disebabkan oleh vaksin atau infeksi paparan penyakit tertentu.
- Uji biologi molekuler dengan PCR dan sekuensing untuk mengetahui jenis penyakit yang menginfeksi serta materi genetiknya.
- Pengobatan dan Vaksinasi.
Selanjutnya melakukan pengobatan ataupun vaksinasi sesuai dengan hasil identifikasi dan diagnosa berdasarkan hasil uji lab dan gejala klinis.
- Peningkatan Biosekuriti
Awal masuknya infeksi pathogen dapat diminimalisir penyebarannya dengan meningkatkan majemen biosekuriti dikandang meliputi :
- Sanitasi dan desinfeksi. Sanitasi dilakukan sebagai upaya untuk mencegah perpindahan dan penyebaran penyakit meliputi kebersihan personel seperti melakukan cuci tangan sebelum dan setelah menangani hewan sakit menggunakan desinfektan, memakai sepatu boot/khusus dan pakaian khusus pada saat masuk kandang, dipping sepatu pada desinfektan, menggunakan peralatan yang bersih/steril selama melakukan tindakan karantina, serta pembersihan secara rutin dengan desinfektan meliputi kandang, tempat pakan, tempat minum, peralatan kandang dan tempat penyimpanan.
- Isolasi dilakukan terhadap hewan yang sakit ataupun hewan yang baru masuk. Isolasi terhadap hewan yang sakit dilakukan untuk menghindarai penyebaran secara horizontal maupun vertikal sedangkan isolasi terhadap hewan yang baru masuk bertujuan untuk memastikan hewan baru tidak membawa agen infeksi patogen yang dapat membahayakan populasi unggas lebih dulu. Isolasi juga perlu dilakukan terhadap hewan yang mati dan kotoran hewan dilarenakan merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit.
- Kontrol lalu lintas. Kontrol lalu lintas diberlakukan tidak hanya bagi kendaraan dan pengunjung, tetapi dilakukan kontrol juga terhadap lalu lintas pakan dan peralatan serta dilakukan penanganan terhadap rodensia, serangga, burung liar dan hewan lain.